Selasa, 19 Oktober 2010

KOMPONEN TANAH


KOMPONEN UTAMA TANAH

-MINERAL
-MATERI ORGANIK
-AIR
-UDARA

FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH
Menurut Jenny (1941): 5 Faktor yang mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah (Genesis) dan Perkembangan Tanah (Differensiasi Horison), yaitu:
1. Bahan Induk (b) = Batuan Beku, B.Sedimen, B.Metamorf, Bhn.Organik; (mempengaruhi perbedaan dari sifat kimia dan sifat fisik tanah)
2. Iklim (i) = curah hujan dan suhu (temperatur)
3. Organisme (o) atau Jasad Hidup (h) = Tumbuhan & Hewan
4. Relief (r ) atau Topografi (t) : Kecuraman Lereng
5. Waktu (w) = Tingkat Perkembangan (muda, dewasa, tua) dan Umur (dalam tahun)

•Hubungan Tanah dengan Faktor Pembentuknya sbb:
T (tanah) atau S (soil) = f ( b , i , o , r , w )


Perbedaan Sifat-sifat Tanah yang hanya disebabkan oleh Satu Faktor Pembentuk Tanah, dikenal sebagai:
1.Klimatosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh iklim
2.Biosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh organisme
3.Toposekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaantopografi
4.Lithosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Jenis bahan induk
5.Khronosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Faktor umur

BAHAN INDUK :

•Menurut Jenny (1941)
Bahan Induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah

Jenis-jenis Bahan Induk:
1. Batuan Beku 3. Batuan Metamorf
2. Batuan Sedimen 4. Bahan Induk Organik

Batuan Beku:
Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) magma cair.

Batuan Sedimen:
Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angin atau air di permukaan bumi.

Batuan Metamorf:
Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

Jenis-jenis Batuan Beku:
•Berdasarkan Tempat Pembekuan Magma, batuan beku dibedakan menjadi :
1. Batuan Beku Dalam (Flutonik)
2. Batuan Beku Gang (Intrusi)
3. Batuan Beku Atas (Ekstrusi / Batuan Vulkanik)

•Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1.
Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%
2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%

Jenis-jenis Batuan Sedimen:
1. Batuan Kapur dan Dolomit -> kand. Ca, Mg > 50%
2. Batupasir -> kand. Pasir > 50%
3. Shale (Serpih) -> Clayshale/Claystone (kand. Liat à banyak)
-> Siltstone (kand. Debu à banyak)

Jenis-jenis Batuan Metamorf:
1. Schist :
Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halus à Schist Mika
2. Gneis :
Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasar à Granit Gneis
3. Kuarsit :
Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir
4. Marmer :
Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat

Bahan Induk Organik :
•Bahan Induk yang berasal dari proses akumulasi penimbunan hutan rawa / vegetasi rawa
•Tanah yang terbentuk disebut: Tanah Organik, Tanah Gambut, Histosol

PROSES PELAPUKAN :
1.Proses Pelapukan Fisik :
•Proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah –hancur
terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan
kimiawi.
•Terjadi karena:-> Perubahan suhu yang drastis (sgt dingin di Kutub
dan sangat panas di Padang Pasir)
-> Hantaman air hujan
-> Penetrasi Akar
-> Aktivitas Makhluk Hidup lainnya

2.Proses Pelapukan Kimia:
•Proses Pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimiawi
•Meliputi:
1.Pelarutan (solubilitasi) 5. Reduksi
2.Hidrasi 6. Karbonatasi
3.Hidrolisis 7. Asidifikasi (pengasaman)
4.Oksidasi

Faktor Iklim :
1. Curah Hujan
2. Temperatur

Faktor Organisme / Jasad Hidup :
->Vegetasi (Makroflora) & Hewan (Makrofauna)
->Mikroorganisme tanah

Faktor Topografi / Relief :
-> Kecuraman Lereng
-> Bentuk Lereng (Puncak, Cembung, Cekung, Kaki Lereng)
Mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah dengan 4 Cara :
1. Jumlah air hujan yg dpt meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang dapat terjadi
4. Arah pergerakan air yg membawa bhn-bhn terlarut dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah

Tentang pH Tanah

pH adalah tingakat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim 1991).
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50% (Anonim 1991).

Pengertian Kapasitas Tukar Kation
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.

Perkolasi
• Difinisi :
Penyarian yg dilakukan dg mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplesia yang telah dibasahi.
• Cara kerja :
Serbuk simplisia ditempatkan dlm suatu bejana silinder, yg bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersbut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yg dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Cairan akan bergerak ke bawah karena beratnya sendiri dan cairan di atasnya.


KLASIFIKASI TANAH
Sifat tanah berbeda-beda, ada yang berwarna hitam, kelabu, bertekstur pasir, debu, liat,dsb. Untuk membedakan tanah tersebut diperlukan klasifikasi tanah meskipun dengan cara yang sangat sederhana. Klasifikasi tanah itu sendiri berarti usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat-sifat yang dimilikinya. Tujuan dari klasifikasi tanah yaitu:
1. Mengorganisasi atau menata tanah
2. Mengetahui hubungan individu tanah
3. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
4. Mengelompokkan tanah untuk :
• Menaksir sifat-sifatnya
• Mengetahui lahan-lahan terbaik
• Menaksir produktivitas
• Penelitian eksplorasi

1. Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru
Tanah dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu klasifikasi alami dan klasifikasi teknis. Klasifikasi alami adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik,kimia, dan mineralogy tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan berbagai penggunaan tanah.
Sedangkan klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang didasarkan sifat-sifat tanah yang mempengaruh kemampuan tanah untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Misalnya klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan, maka tanah akan diklasifikasikan atas dasar sifat-sifatr tanah yang mempengaruhi tanaman perkebunan tersebut seperti keadaan drainase tanah, lereng, tekstur tanah, dan lainnya.
Dalam pengertian sehari-hari pengklasifikasian tanah sering diartikan sebagai klasifikasi alami. Banyak negara yang menggunakan sistem klasifikasi tanah secara alami bahkan di Indonesia dikenal tiga sistem pengklasifikasian tanah yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO, dan USDA (Amerika Serikat).
Variabel penyusun warna tanah
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas
warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2)
kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi.
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat
menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan
beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah
menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka
warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan
organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar
air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah
menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan
kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna
reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau.
Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan: (1)
sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang, (2)
indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan (3) indikator
kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan. Secara umum dikatakan
bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, selain ada
berbagai pengecualian, namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning,
kelabu, merah, coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini
merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang berwarna
gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut
akan berwarna makin gelap, (2) intensitas pelindihan (pencucian dari horison
bagian atas ke horison bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah
tersebut, makin intensif proses pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi lebih
terang, seperti pada horison eluviasi, dan (3) kandungan kuarsa yang tinggi
menyebabkan tanah berwarna lebih terang.
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan
warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun
tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum
yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap
terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma
menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan
juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya
perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19).

TAHAP PEMBENTUKAN TANAH
Tahap I : Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan
berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan
menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan
ini lingkungan memberikan pengaruh berupa perubahan-perubahan kodisi fisik
seperti pendinginan, pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian),
kontraksi (biasanmya akibat pembekuan air pada pori-pori batuan membentuk
es), dan lain sebagainya, menyebabkan terjadinya pelapukan secara fisik
(disintegrasi). Pelapukan fisik ini membentuk rekahan-rekahan pada permukaan
batuan (Cracking) yang lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan
terpecah-pecah membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih halus.
Kamudian selain itu, akibat berinteraksinya permukan batuan dengan lapisan
atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan kimiawi
(Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain
sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan merubah struktur dan
komposisi kimiawi material batuannya. Membentuk material yang lebih lunak dan
lebih kecil (terurai) dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral-mineral
lempung.
Tahap II: Pada tahapan ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan
batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, pada tahap ini di lapisan permukaan mulai terdapat (Organic Matter) calon makhluk hidup.
Tahapan III: Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-
tumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara.
Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan
membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya humus
memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu salah satunya oleh adanya
faktor kesaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan mempercepat terjadinya
proses pelapukan. Pembentukan larutan asam pun terjadi pada akar-akar
tanaman. Akar tanaman menjadi tempat respirasi (pertukaran antara O2 dan
CO2) serta traspirasi (sirkulasi air).
Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada
di lapisan atas melalui rekahan-rekahan yang ada. Menjangkau lapisan batuan
yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada
tanah yang kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah
serta batuan yang lebih dalam. Membentuk lapisan-lapisan tanah yang lebih tebal Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian (leaching) terdadap lapisan- lapisan yang dilaluinya. Ssehingga tahapan ini merupakan awal terbetuknya horison-horoison tanah.
Tahap IV : Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga
tumbuhlah tumbuhan-tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan
yang lebih besar, menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan
yang lebih dalam. Sehingga terbentuk rekahan pada lapisan batuan yang lebih
dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya semakin
meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap sebelumnya,
keadaan ini mempercepat terjadinya peroses pelapukan yang terjadi pada lapisan
batuan yang lebih dalam lagi.
Kemudian pada tahapan ini juga terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang
ter-infiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral
yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya.
Sehingga terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan
tanah tertentu membentuk horison tanah.
Horizon-horizon tanah ini mengandung
komposisi unsur serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.



1 komentar: