Selasa, 19 Oktober 2010

ORGANISASI NW


BAB I
ORGANISASI  (NW)

Pengertian dan Latar Belakang Berdirinya
Organisasi secara leksikal diartikan sebagai, 1) Kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri dari atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) di dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu; 2) Kelompok kerjasama antara orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan secara terminologi, menurut The Liang Gie, dapat dikategorikan ke dalam tika mainstream, yaitu 1) Sistem Kerjasama; 2) Sekelompok orang bekerjasama; dan 3) Proses pembagian kerja.
Sebagai represntasi dari masing-masing kelompok pengertian di atas, dapat di kemukakan beberapa pengertian yang di kemukakan oleh para ahli, antara lain:
1)     Louis Allen dalam Management and Organization mengarikannya sebagai “A system of will defined jobs, each bearing a definite measure of authority, responsibility, and accountability the whole conscioulsy designed to enable the people the enterpires to work more effectively together in accomplishing their objekcites”. (suatu sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, masing-masing pekerjaan itu mengandung sejumlah wewenang, tugas dan tanggung jawab tertentu, seluruhnya disusun secara sadar untuk memungkinkan orang-orang dari organisasi tersebut bekerjasama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan mereka).
2)     Daniel Griffith dalam The Administrative Theory mengartikannya sebagai “An Essemble of individuals who perform distinct but interrelated and coordinated function in order that one or more tasks can be completed” (kumpulan individu-individu yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi saling berhubungan dan dikoordinasikan agar sebuah tugas atau lebih dapat diselaikan).
3)     Dexter kimbal dan Dexter Kimbal Jr, dalam Principle of industrial organization menyatakan, “Organization is subsidiary to management. It embraces the duties of designating the departements and personnel that are to carry on the work, defining their functions of specifying the relations that are to exist between departements and individuals. Organization as activity is, in fact, a mechanism of management” (Organisasi merupakan cabang dari manajemen. Ini mencakup kewajiban-kewajiban menunjuk bagian-bagian dan individuy-individu yang harus melakukan pekerjaan merumuskan fungsi-fungsi mereka dan merinci hubungan-hubungan yang harus ada di antara bagian-bagian dan orang-orang tersebut. Sesungguhnya organisasi sebagai suatu aktivitas adalah cara kerja manajemen)
Organisasi nahdlatul Wathan, yang selanjutnya disingkat NW, adalah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah. Organisasi ini didirikan oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada hari ahad tanggal, 15 Jumadil Akhir 1372 H bertepatan dengna tanggal 1 Maret 1953 M di Pancor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Adapun yang melatar belakangi berdirinya organisasi ini adalah karena melihat pertumbuhan dan perkembangan cabang-cabang Madarasah NWDI dan NBDI begitu pesat, di samping perkembangan aktivitas sosial lainnya, seperti majlis dakwah dan majlis ta’lim dan lainnya. Untuk itu diperlukan suatu wadah atau organisasi yang mewadahi dan mengorganisir segalam macam bentuk kebutuhan dan keperluan pengelolaan lembaga-lembaga tersebut secara profesional.

BAB II
1.     Kelahiran
Al-mukarram Maulana Al-Syaikh  Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid’ dilahirkan di kampung bermi, Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 5 Agustus  1898 Masehi dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Madjid ( beliu lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mukminah atau Guru Minah ) dengan seorang wanita shalilah bernama Hajjah Halimah Al-Sa’diyah.
Nama kecil beliau adalah 'Muhammad Saggaf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum beliau dilahirkan ayahanda beliau, TGH. Abdul Madjid, didatangi orang waliyullah masing-masing dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqaf". Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqaf" yang artinya "tukang memperbaiki atap". Kata "Saqqaf" di Indonesia-kan menjadi "Saggaf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibunda beliau, Hajjah Halimah al-Sa'diyah.
Setelah menunaikan ibadah haji, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'Haji Muhammad Zainuddin'. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjid al-Haram. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu adalah Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak, dari Serawak, Malaysia.
Silsilah
Silsilah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliau ikut hangus terbakar ketika rumahnya mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sultan-sultan Selaparang, sebuah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan keturunan Kerajaan Selaparang yang ke-17. [2]
Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisa yang diajukan oleh seorang antropolog berkebangsaan Swedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ke makam Selaparang pada tahun 1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum (Pemilu).[3] Praktek ziarah semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah ketununannya, yakni kaitan genetiknya dengan sultan-sultan Kerajaan Selaparang
2.     Pendidikan
Pengembaraan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji [membaca Al-qur'an] dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun.
Pendidikan Lokal
Setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa Tuan Guru lokal, antara lain TGH. Syarafudin dan TGH. Muhammad Sa'id dari Pancor serta Tuan Guru Abdullah bin Amaq Dulaji dari desa Kelayu, Lombok Timur. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca kitab yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian membaca.
Pendidikan di Mekkah
Untuk lebih memperdalam ilmu agama, Muhammad Zainuddin remaja berangkat menuntut ilmu ke Mekah diantar kedua orang tuanya, tiga orang, kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk pula TGH. Syarafuddin. Pada saat itu beliau berusia 15 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/1923 M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Suqullail, Mekah.
Beberapa setelah musim Haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai sibuk mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar di lingkaran tersebut bernama Syaikh Marzuki, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang sudah lama mengajar mengaji di Masjid Haram, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diserahkan untuk belajar.
Selain itu juga sempat belajar ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Mekah, yakni Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi dan pada saat itu berkenalan dengan Sayyid Muhsin Al-Palembani, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang kemudian menjadi guru beliau di Madrasah al-Shaulatiyah.
Ketika ayah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pulang ke Lombok, ia langsung berhenti belajar mengaji pada Syaikh Marzuki, karena ia merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut ilmu selama ini. Namun, ia belum sempat mencari guru, terjadi perang saudara antara kekuasaan Syarif Husein dengan golonga

3.     Kepemimpinan
Kesuksesan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola kepemimpinannya. Kearifan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan perjuangannya.
Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling mengkait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang dipergunakan dalam kepemimpinan itu baik. Di samping itu, kepemimpinan yang arif dan bijaksana akan menghasilkan keberhasilan perjuangan.
Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal sebagai ulama' besar di Indonesia karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam. Demikian juga charisma beliau sebagai sosok figure ulama demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan umat. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya terutama kepada guru-guru beliau diwujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada umat.
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaaan beliau kepada mahaguru yang paling dicintai dan disayangi. Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath diwujudkan dalam bentuk pondok pesantren Hasaniyah NW di Jenggik, Lombok Timur. Penghargaan kepada mahagurunya Maulana Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi diwujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan penghargaan kepada Mahagurunya Maulana al-Syaikh Salim Rahmatullah beliau sudah merencanakan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren di Lombok Timur. Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pemimpin yang memiliki kearifan dan kebijaksanaan.
Demikian pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogik dalam arti mengandung nilai-nilai pendidikan. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani. Beliau selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama'ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya di kala beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam pikiran murid dan santerinya.
Pembawaan dan sikap hidup beliau selalu menunjukkan kesederhanaan. Inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan charisma yang beliau miliki. Keluhan yang disampaikan para warga dan muridnya ditampung, di dengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu pihak.
Untuk melanjutkan dan mengembangkan perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi, serta loyalitas yang tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan keinginannya agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lipat lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Demikian motovasi yang selalu beliau kumandangkan supaya murid dan santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dalam menerima dan menghadapi para murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan, beliau tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Semua murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan di berikan perhatian dan kasih saying yang sama besarnya, bagaikan cinta dan kasih saying seorang bapak kepada anak-anaknya.
Yang membedakan murid dan santeri di hadapan beliau adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada Nahdlatul Wathan. Dan, untuk membina dan memonitor kualitas kader Nahdlatul Wathan, beliau mengeluarakan wasiat dalam bahasa Arab, yang artinya:
Dengan menyebut nama Allah dan dengan memuji-Nya semoga keselamatn tetap tercurah padamu, demikian pula rahmat Allah, keberkatan, ampunan dan ridha-Nya.
Anak-anak yang setia dan murid-muridku yang berakal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan dan sejahat-jahat kamu disisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan.
Karena itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, berjuanglah kemudian berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama dan negara. Niscaya kamu dengan kekuasaan Allah swt. Tergolong pejuang agama, orang saleh dan mukhlish baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang lain.
Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu dan semoga ia menganugerahi kami dan kamu serta para simpatisan Nahdlatul Wathan masuk surga dan nikmat tambahan yang tiada taranya, yaitu melihat zat-Nya dari dalam surga.
Demikianlah, wasiat ini dikeluarkan setelah terlihat beberapa kader dari kalangan alumni Madrasah NWDI, dan mereka yang sudah dibiayai beliau untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi keluar dari garis perjuangan oraganisasi. Tidak taat pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh beliau. Memang dalam rangka kaderisasi beliau banyak memberikan bantuan kepada alumni NWDI jdan orang-orang lain untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dengan nawaitu khusus dan perjanjian khusus pula, yaitu untuk setia membela dan memperjuangkan cita-cita NWDI, NBDI dan NW. Alhamdulillah banyaklah diantara mereka yang benar-benar menepati janjinya dengan tulus. Sebaliknya ada juga yang khianat pada janjinya, tidak malu merobek-robek nawaitu pengirimannya. Eksistensi dan aplikasi dari wasiat ini menjadi tolok ukur kualitas dan kader ketaatan serta keihklasan kader-kader Nahdlatul Wathan.
Di samping itu, untuk mempertegas Wasiat Renungan Masa I dan II berbahasa Indonesia dalam bentuk puisi. Wasiat Renungan Masa ini berisikan nasehat, fatwa dan pedoman bagi warga Nahdlatul Wathan dalam berjuang.
Lahirnya wasitat-wasiat tersebut merupakan konsekuensi logis dari pola kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dan murid. Beliau adalah figur pemimpin yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid akan tetapi kebanyakan murid yang membuang guru
4.     Perjuangan
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemudian kembali ke Indonesia atas perintah dari guru beliau yang paling di kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934. Setiba di Pulau Lombok beliau mendirikan Sekembali dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan menjadi nama pondok pesantren 'Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan'. Istilah 'Nahdlatain' diambil dari kedua madrasah tersebut. Beliau aktif berdakwah keliling desa di Pulau Lombok dan mengajar.
Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Siangapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.
Pada zaman penjajahan, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah. Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama "Gerakan al-Mujahidin". Gerakan al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada' sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.
Sebagai gambaran pesatnya perkembangan cabang-cabang madrasan NWDI dan NBDI, pada awal tahun 1953 tercatat kedua madrasah tersebut telah memiliki 66 cabang yang tersebar di wilayah Pulau Lombok . cabang-cabang tersebut adalah:
Lombok Timur
1)     Madrasah NWDI dan NBDI di Pancor
2)     Madrasah sa’adah I Kelayu
3)     Madrasah Sa’adah II Kelayu
4)     Madrasah Nurul Wathan I di Selong
5)     Madrasah Nurul Wathan II di Selong
6)     Madrasah Shrathal Mustaqim di Rempung
7)     Madrasah Sullamul Banat di Sakra
8)     Madrasah Nahdlatus Shibyan di Lepak
9)     Madrasah Sullamussalam di Kotaraja
10)Madrasag Darusshibyan di Aikmel, dll.

Lombok Tengah
1)     Madrasah Nurul Yaqin di Praya
2)     Madrasah Nahdlatuththullab di Kppang
3)     Madrasah Nahdlatussayri’ah di Serengat
4)     Madrasah Nurul Huda di Batu Nyala
5)     Madrasah Najahutta’lim di Pengadang
6)     Madrasah Sa’adatl Banat di Praya
7)     Madrasah Nahdlatushshibyan di Darmaji
8)     Madrasah Hidayatul Wathan di Kopang
9)     Madrasah Sullamussa’adatain di Kopang
10)Madrasah Nasyi’ah di Sekunyit, dll

Lombok Barat
1)     Madarasah Nahdlatul Awlad di Kapek
2)     Madarasah Nurul Huda di Narmada
3)     Madrasah Raudatul Athfal di Dasan Tapen
4)     Madrasah Raudlatul Athfal di Tana’ Bea’
5)     Madrasah Nahdlatush Shibyan di Belencong
6)     Madrasah Haqqul Yakin di Sayang-Sayang
7)     Madrasah Raudhatul Muslimat di Kayangan
8)     Madrasah Nurul Hidayah di Bangket Bawah
9)     Madrasah Nurul Huda di Gondang
10)Madrasah Nahdlatul Mujahidin di Jempong. Dll

Satu tahun lebih setelah pendeklarsian organisasi, pada tanggal 22-24 Agustus 1954 di Pancor Lombok Timur di adakan Muktamar I Organisasi Nahdlatul Wathan, yang dihadiri oleh seluruh pengurus cabang Madrasahh NWDI dan NBDI serta para santri Madrasah.
5.     Wafat
Tarikh akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari selasa 21 Oktober 1997 M/ 20 Jumadil Akhir 1418 H, sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatulah sekitar pukul 19.53 Wita di kediaman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan  besar beliau tinggalkan ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang terbesar di seluruh indonesia dan mancanegara.
Pada akhirnya, perjuangan beliau dalam menegakkan syiar Islam dan pendidikan dibumi Indonesia tidak boleh terhenti begitu saja, namun harus terus di lanjutkan oleh siapa saja, baik umat muslim Indonesia secara keseluruhan dan masyarakat Sasak pada umumnya, maupun oleh kader-kader Nahdlatul Wathan yang telah di didik melalui lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan serta seluruh warga Nahdlatul Wathan (abituren, pencinta dan simpatisan) pada khususnya.

LAPORAN LAPANGAN
Nahdlatul Wathan (NW) merupakan sebuah organisasi masyarakat keagamaan terbesar di propinsi NTB. Organisasi ini didirikan oleh almarhum TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid di Pancor Lombok Timur. Organisasi ini bergerak di bidang sosial, Dakwah Islamiyah dan Pendidikan.
Dalam perannya sebagai organisasi Dakwah Islamiyah, NW didukung oleh banyak kiyai yang dalam istilah masyarakat Lombok disebut Tuan Guru. Tuan guru inilah yang secara rutin memberikan ceramah-ceramah keagamaan di masjid-masjid, musholla, dan pondok pesantren yang lazim di sebut “pengajian”
Sementara sebagai organisasi Pendidikan, NW memiliki ratusan madrasah-madrasah (sekolah keagamaan) yang tersebar hampir di seluruh pelosok Indonesia, dengan sentra utama di Pulau Lombok. Organisasi ini juga memiliki sekolah-sekolah umum bahkan beberapa Perguruan Tinggi.
Pondok Pesantren yang cukup besar yang di kelola oleh Nahdlatul Wathan adalah Pondok Pesantren Darunnahdlatain, dan Ma’had Daarul Qur’an Wal Hadist sebagai sentra penggemblengan santri-santrinya dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadist, sementara Perguruan Tinggi yang di kelola antara lain Universitas Nahdlatul Wathan di Mataram, dan STKIP Hamzanwadi di Pancor kota Selong Lombok Timur.
Pekembangan organisasi Nahdlatul Wathan yang disingkat dengan NW di Desa kami selong mengalami kemajuan sangat pesat dan signifikan sebagaimana yang kita ketahui dan maklumi sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiah berkembang sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat pembangunan bidang pendidikan berupa gedung Madrasah baik tingkat PAUD, MI sangat diminati masyarakat terbukti dengan kebanyakan jumlah siswa apalagi di tingkat pusat yaitu di desa pancor kabupaten lombok timur pembangunan gedung-gedung berdiri dengan megahnya dan dengan jumlah siswa-siswi dari usia dini usia sekolah hingga perguruan tinggi dengan berbagai macam tingkatan dan jurusan yang peminatnya jauh melebihi kapasitas atau daya tampung.
Begitu pula dengan tenaga pengajar yang terbatas semua ini dapat menunjukan perkembangan yang sangat pesat dialami oleh kemajuan organisasi NW yang didirikan oleh Tuan Guru Kyai Muhammd Zainuddin Abdul Madjid yang jatuh pada tanggal 13 Jumadil akhir 1372 H atau berketepatan dengan tanggal 1 Maret 1953 M.
Bukti-bukti lain yang dapat menunjukan bahwa atau alumni dari NW banyak yang memegang jabatan baik dalam bidang pemerintahan, pendidikan, keagamaan, hakekat kenyataan yang ada minat masyarakat pun terdorong untuk memotivasi putra sekolah-sekolah  atau madrasah serta perguruan tinggi yang di dirikan oleh organisasi besar Nahdlatul Wathan ini kemajuan pesat yang dialumni dalam bidang pendidikan dengan membentuk dan mencapai insan-insan yang menuntut ilmu menjadi orang-orang yang profesional di dalam bidang dan jurusan masing-masing untuk dapat mengembangkan ilmu kelak di kemudian hari yang akan menjadi bekal untuk menjalani kehidupan ini.
Bertolak dari kemajuan yang dialami oleh organisai Nahdlatul Wathan ini tidak ketinggalan pula sejumlah putra-putrinya di kirim keluar negeri untuk menuntut ilmu pada universitas terkenal seperti universitas yang ada di Mesir di Arab Saudi di Amerika. Dengan demikian ilmu yang mereka peroleh agar dapat di tetapkan dan dikembangkan di negara-negara yaitu Indonesia, khususnya di daerah masing-masing semuanya untuk kemajuan Nahdlatul Wathan di bidang pendidikan.
Begitu pula organisasi besar Nahdlatul Wathan ini bergerak juga dalam bidang sosial dengan kenyataan yang ada dan terbukti dengan berjalan terus hari adanya Panti Asuhan Darul Aitan yang memelihara anak yatim piatu yang tidak sedikit jumlahnya begitu pula dengan tempat mempunyai yang berupa asrama tempat mereka tanggal di sekolahkan di Madrasah  sesuai usia dan jenjang atau tingkat pendidikan mereka.
Dengan diketahui tambahan ilmu berupa macam keterampilan agar kelak sesudah mencapai dewasa dapat hidup mandiri berkekal keterampilan yang ada.
Tidak terlupakan dibuatnya panti jompo untuk menampung usia menampung usia lanjut berekonomi lemah.
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Maulana syaikh sejak masa kecilnya beliu terkenal sangat jujur dan cerdas, ciri-ciri kesalehan sudah nampak dari pembawaan dan sikap kesehariannya, lebih-lebih beliau sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Oleh karena itu sebagai anak bungsu dari enam, tidaklah mengerahankan jika kedua orang tuanya menumpahkan kecintaan dan kasih sayang kepadanya yang selanjutnya sebagai modal utama beliau dalam mengarungi perjalanan menuntut ilmu.
Keluasan ilmu yang di dukung oleh pengalamannya yang banyak telah menyebabkannya mendapatkan kemudahan dalam merangkai kata-kata dan kalimat dalam rangka menulis karya ilmiah yang ingin di tulisnya, baik dalam bahasa arab atau pun dalam bahasa indonesia.
Nahdlatul Wathan berasal dari kata Arab, yaitu :
“Nahdlatul” dan “Al Wathan”
Nahdlatul berarti kebangkitan pergerakan pembangunan Al Wathan berarti tanah air atau negara Jadi Nahdlatul  Wathan adalah kebangkitan tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara.


















DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Ahmad Abdul Syakur, M.A. Islam dan Kebudayaan (Akulturasi Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Sasak ). 2006 Penerbit Adab Press
Kerja Sama YPH PPD NW Pancor dan DPC PBB Kab. LOTIM. Mengenang
Almagfurullahu Maulanasyaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Pancor. 2004.
Noor. M. Habib, Zuhdi. H. M. 2004. Visi Kebangsaan Religius, Jakarta: PT. Logas Wacana Ilmu






Tidak ada komentar:

Posting Komentar